Menata transportasi Jakarta bukan hal yang mudah. Selain membutuhkan anggaran besar, juga
perlu kreativitas tinggi. Pemprov DKI Jakarta berusaha mempermudah
pelayanan warga dengan menghubungkan akses transportasi massal yang
sudah ada yaitu bus transjakarta.
Di dalam kota, Dinas
Perhubungan DKI Jakarta mengembangkan feeder (bus pengumpan)
transjakarta di simpul padat penumpang. Bus pengumpan itu beroperasi di
Rute 1 Sentra Primer Barat-Daan Mogot, Rute 2 Tanah Abang-Tugu Tani, dan
Rute 3 SCBD-Senayan.
Namun sejak diresmikan pada 29 September
2011, operator feeder, PT Eka Sari Lorena Transport, mengaku rugi. Sejak
awal November lalu, operator memutuskan menghentikan operasional 15
bus pengumpan di tiga rute itu. ”Jumlah penumpang cenderung turun,
secara hitungan bisnis kami merugi,” tutur Direksi Eka Sari Lorena
Transport Donny Andy Saragih kepada Kompas, akhir pekan lalu.
Dinas
Perhubungan selaku inisiator pengembangan feeder mengirim surat ke
operator yang berisi permintaan untuk tetap beroperasi. Kepala Dinas
Perhubungan DKI Udar Pristono menawarkan solusi agar operator tetap
menjalankan feeder terutama di rute 1. Sementara untuk rute 2 jumlah
armada bus dikurangi, dan di rute 3 sementara bisa dihentikan.
Merespons
surat itu, Sabtu (3/11), perwakilan Badan Layanan Umum Transjakarta,
Dinas Perhubungan DKI, serta pihak Lorena, bertemu membicarakan
persoalan tersebut. Mereka sepakat kembali mengoperasikan feeder
terutama di rute 1. Selain itu, ketiga pihak setuju ada pengurangan
tarif yang semula Rp 6.500 menjadi Rp 3.500 per penumpang. ”Hasil
pertemuan kami, pada Senin (5/11) feeder di rute 1 tetap beroperasi
melayani warga. Kami akan lakukan pembenahan untuk mencari solusi agar
di rute yang lain tetap ramai,” kata Pristono, Minggu (4/11).
Mirip
dengan bus pengumpan, angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta
(APTB) juga menghadapi persoalan serupa. Angkutan ini dikembangkan
melayani warga sekitar Jakarta sejak 28 Maret 2012 ketika dibuka jalur
Bekasi-Pulogadung. Berikutnya berturut turut mengembangkan pola serupa
di Poris Plawad-Kalideres pada 20 Juni, dan Ciputat-Kota 4 Oktober.
Dua
jalur APTB di Bekasi-Pulogadung dan Poris Plawad-Kalideres saat ini
sepi penumpang. Persoalan berikutnya headway bus yang tidak jelas
sehingga belum ada kepastian waktu.
Berbeda dengan kedua jalur di
atas, jalur Ciputat-Kota cenderung meningkat peminatnya. Data terakhir
menyebut jumlah penumpang 1.010 penumpang per hari. Rinciannya, 526
penumpang ke arah Kota dan 484 penumpang ke arah Ciputat. Adapun jumlah
bus yang melayani baru delapan unit.
Wahid Sukamto, Direktur PO
Bianglala, pengelola bus APTB Transjakarta jalur Ciputat-Kota,
mengatakan, penumpang di jalur itu terus bertambah sejak bus mulai
dioperasikan beberapa waktu lalu. ”Kami tetap optimistis,” kata Sukamto.
Menurut dia, angka pertumbuhan penumpang sudah lebih dari target awal
yaitu sekitar 400 penumpang per bus per hari.
Bus APTB jalur
Ciputat-Kota masih jarang ditemui karena baru beroperasi 8 bus dari 15
bus yang direncanakan. Jarak kedatangan antarbus dari pantauan masih
lebih dari satu setengah jam. Penumpang juga masih kesulitan menentukan
jadwal kedatangan bus yang bertarif Rp 6.000 sekali jalan itu. Dia yakin
apabila 15 bus sudah beroperasi dan penumpang semakin mengenal bus
APTB, banyak penumpang tertarik menggunakannya. (NDY/RAY)
Sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/05/05563842/Dilema.Feeder.dan.Angkutan.Perbatasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar